Bukti Para Perantau adalah Pejalan Sejati

Foto diambil dari cahmaduro


Kamu tak akan pernah mencapai apapun jika tak berani keluar dari zona nyaman!
Dalam adat Minang, anak laki-laki yang sudah dewasa diharuskan merantau. Seperti dalam film 'Merantau', yang tujuannya untuk mencari jati diri dan pengalaman hidup.
Yang saya pahami tentang mereka, para perantau adalah orang-orang tangguh yang sering membuat saya ikut termotivasi. Berbicara dengan mereka selalu menyenangkan karena darinya saya bisa mengetahui beberapa pengetahuan tambahan tentang daerah mereka. Seperti saat saya berbincang dengan seorang teman perantauan asal Bima, Nusa Tenggara Barat, dimana ia mengeluh kesulitan menemukan pantai indah di Jawa -meskipun masih ada, tapi jarang. Di tempat asalnya ia bisa dengan mudah menemukan pantai berpasir putih dan berair jernih.
Selain dia, masih banyak teman-teman perantau lain yang menginspirasi, bahwa menghadapi hidup kita tak boleh lembek. Saat kita keras pada diri kita sendiri, dunia pun akan melunak pada kita.
Inilah bukti jika para perantau adalah para manusia tangguh dan pejalan sejati;

1. Tak pernah ragu membuat keputusan besar

Selalu ada pilihan menanti yang menuntut mereka harus bergerak cepat. Karena kesempatan datang seperti kupu-kupu yang hinggap sebentar di bunga kemudian ia akan terbang lagi dan pergi untuk menghampiri  bunga lain. Mereka memilih apa yang menjadi keyakinan Karena yakin, kemudian mereka akan berusaha untuk memperjuangkan pilihan tersebut.
Dia bernama Ade, teman yang saya kenal di perantauan. Memiliki cita-cita untuk menjadi seorang progamer handal, ia tak lekas kembali pulang ke rumahnya di Bima. Bahkan tidak setiap tahun ia bisa pulang. Suatu keputusan memang harus didukung dengan tekat kuat. Sehingga ia tak akan mudah rapuh.

2. Mereka berani memperjuangkan peluang dan kesempatan

Setelah pilihan datang, langkah selanjutnya adalah bagaimana usaha kamu mempertahankan pilihan tersebut. Seorang lelaki bisa sejati bisa dilihat dari caranya memegang ucapannya sendiri.
Saat teman saya menerima pekerjaan besar untuk menangani pekerjaan dengan lingkup Jawa Tengah, membuatnya sering pulang lebih malam dan datang lebih pagi. Tak sia-sia, proyek yang ia garap mendpat apresiasi yang mencengangkan.

3. Keluarga masih menjadi prioritas utama

Keluarga adalah satu-satunya tempat yang selalu menunggu kamu pulang dalam keadaan apa pun. Seorang perantau yang terlihat tangguh itu juga memiliki hati. Ia akan kesepian walau berada di tengah-tengah keramaian sekalipun. Sadar akan pilihan yang telah diambil, percayalah ia selalu berusaha menguatkan hatinya.
Seminggu sebelum lebaran tiba, teman saya  mendapat telepon bahwa anggota keluarganya sakit. Tak banyak berpikir, ia segera memesan tiket pesawat dan terbang keesokan harinya. Itu membuktikan bahwa keluarga lebih penting dari segalanya.

4. Mereka seseorang yang sanggup memegang tanggung jawab

Mereka merantau karena memiliki tujuan. Karena tujuan menjadi pedoman kemana kaki mereka akan berjalan. Seorang teman saya di perguruan tinggi, ia adalah anak pertama yang secara tidak langsung menjadi tulang punggung keluarga. Memiliki 1 adik yang akan masuk di perguruan tinggi.
Ia bukan seseorang yang pintar. Namun ia memiliki sikap tanggung jawab tinggi. Setelah ia lulus kuliah ia begitu memperjuangkan untuk mendapatkan pekerjaan. Karena dengan cara ini ia kan meringankan beban keluarga. Di saat teman-teman yang lain masih santai menikmati masa kejayaan sebagai wisudawan dan wisudawati, ia sudah terlebih dulu menjadi karyawan di salah satu stasiun televisi. Berangkat pagi, pulang petang.

5. Mereka siap adalah pasukan siap tempur

Yang mereka tahu hanya satu, ini tentang bagaimana menjadi seseorang yang tahan banting. Perantau tidak akan membawa tangan kosong ke medan perang. Jauh hari, mereka sudah menyiapkan sebuah amunisi perang. Jika suatu saat dibutuhkan, mereka tinggal mengangkat senjata, dan perang dimulai.

6. Pengetahuan mereka lebih luas

Mereka tidak seperti katak dalam tempurung. Bertemu dengan orang-orang baru membuat ia lebih cakap untuk mengorek informasi. Seorang marketing yang setiap harinya keluar mencari klien akan berbeda dengan pekerja rumah tangga yang setiap hari berada di rumah dan hanya bertemu orang yang sama setiap harinya.

7. Menjadi pemimpin, setidaknya menjadi pemimpin diri sendiri

Jauh dari keluarga, ini membuat mereka memiliki waktu lebih banyak untuk diri sendiri. Waktu untuk mecerna kegagalan dan merancang kembali strategi baru.  Mereka ibarat nahkoda. Semua keputusan ada ditangannya sendiri. Mereka akan belajar bagaimana cara memimpin dan bagaimana cara mengikuti aturan yang sudah dibuatnya sendiri.

8. Teman menjadi harta berharga yang menguatkanmu

Menumpang hidup sementara di kota Yogyakarta, membuat saya memiliki banyak kenalan yang berasal dari daerah-daerah yang berbeda. Relasi yang tercipta ini akan memudahkan saya sekarang atau suatu hari nanti. Seperti ketika saya mengunjungi Blora dan kebetulan saya memiliki teman yang berdomisili di sana. Saat membutuhkan bantuan, saya tinggal memencet nomor dan tak lama kemudian dia da

No comments: