“Jangan lupakan
mimpi-mimpi kecilmu itu.”
Itulah pesan yang
kudapat dapat dari seseorang yang sangat menginspirasikanku. Berawal dari sebuah mimpi kecil pasti suatu
saat nanti kau akan menjadi besar atas itu jika disertai dengan usaha, kerja
keras dan doa. Aku bertemu dengannya dengan tidak sengaja melalui dunia
maya. Aku acuh tak acuh terhadapnya. Bahkan aku sama sekali tak
memperdulikannya kala itu. Dia terus bertanya dan bertanya. Sampai pertanyaan
itu membuatku tertarik untuk meladeninya. Yaitu pertanyaan seputar menulis.
Dari semenjak SMP aku
memang sangat suka sekali menulis. Tulisanku tak jauh-jauh dari seputar
curhatan mengenai hari-hari yang telah kujalani. Dear deary begitulah kata yang kutulis di awal kala itu. Hingga
hobi itu kini semakin membuat jantungku berdegup kecang. Kini bukan mengenai
hari-hariku saja yang kutuang dalam tulisan tapi tentang semua hal yang ingin
aku tulis. Aku menulis apa yang ingin aku tulis tanpa memperdulikan komentar
apa yang akan kudapat. Belasan kali sudah aku mengikuti berbagai lomba menulis
dan taukah berapa kali sudah aku mendapati juara? TAK SATUPUN KUDAPAT! Ah tapi
aku baik-baik saja. I’m OK. Mau
menang ataupun kalah aku tak peduli. Aku suka menulis dan aku ingin melakukan
itu. Siapa tau untuk ke puluhan kalinya lagi aku bisa menggebet
rangking-rangking itu. Aku anggap, aku masih kurang serius untuk
mempelajarinya. Baiklah. Aku terima karena memang aku belum cukup mampu untuk
itu.
Mengenai orang yang
kutemui dalam dunia maya itu, aku benar-benar tak mengira. Setalah kita banyak
mengobrol banyak mengenai hobi yang kebetulan sejalur itu, dia tau kesulitanku
mengapa aku tak melanjutkan untuk menulis hingga bukuku terpajang ditoko buku. Bahkan
tak bosan-bosannya ia selalu mengingatkanku, memberikanku motivasi-motivasi
akan mimpi-mimpiku yang belum tercapai. Mimpi yang hanya akan menjadi angan
untukku dan tak akan pernah tercoret dari daftar jika
aku masih saja diam. Dia sendiri sudah mempunyai
beberapa novel yang sudah siap untuk diterbitkan. Ada satu bukunya yang pernah
terbit namun ia cabut kembali karena sebuah alasan. Jangan bertanya padaku
mengenai alasan itu.
Darinya aku bisa belajar banyak mengenai
kekuatan sebuah mimpi. “Janganlah kau
sepelekan sebuah mimpi kecilmu. Kau hanya perlu berjalan atau berlari untuk
mengejarnya.” Tapi aku yang nakal selalu saja menganggap enteng semua
nasihatnya. Aku mengabaikannya.
Mahasiswa disebuah
perguruan tinggi negeri di kota Yogyakarta itu membuat sebuah temuan baru. Dia
membuat sebuah drum sederhana. Mahasiswa yang menempuh dijurusan seni musik ini
benar-benar terbilang nekat. Ia mempelajari 3 unsur sekaligus dalam pembuatan
karyanya. Musik, elektro dan pemrograman. Ada kalanya terjatuh ketika ia harus
dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang ditemukan dan ada saatnya pula
ia harus melambung bangga karena kerja kerasnya. Ia memulainya dari awal hingga
akhirnya peluh dan kerja kerasnya terbayar. Dalam acara Makers@america yang
digelar bulan Maret ini, si pemilik drum midi kontroler ini diundang sebagai
pembicara untuk membahas mengenai karyanya diacara tersebut. Acara itu
ditayangkan secara live distasiun TV milik America. Bahkan dari 6 karya yang
dipresentasikan, karyanya inilah yang satu-satunya mainkan oleh Dubes Amerika.
Indonesia patut berbangga untuk ini. Putra-putrimu telah mengharumkan bumi
pertiwi ini.
1 comment:
Dialah sang maestro kita Esyalalalala
Post a Comment