Namun
diakhir-akhir masa bimbingan aku masih bersemangat
untuk menemuinya. Sehari sebelum bimbingan aku baru mengerjakan apa-apa yang
perlu direfisi sang dosen. Inilah tipe-tipe mahasiswa yang suka
bermalas-malasan. Tapi benarkah begitu sesungguhnya?
Aku mendapat tawaran menjadi penulis
artikel untuk kategori freelance. Aku menyanggupinya karena kupikir ini akan menjadi
tugas selinganku selain mengerjkan skripsi. Aku belum bisa membagi waktu dengan
baik hingga akhirnya aku sedikit melalaikan skripsiku. Hari itu aku mengerjakan
dengan sungguh-sungguh. Pukul 1 siang aku memulainya. Istirahatnya hanya ketika
makan, sholat dan mandi saja. Tak terasa waktu terus bergulir cepat tanpa
kusadari waktu telah menunjukkan pukul 3 pagi. Semua penghuni kos sudah tidur.
Aku mulai dibuat resah. Hingga pagi aku belum juga menemukan solusi atas
penelitianku ini. Aku mulai putus asa. Dibarengi itu, tubuhku mulai menggigil.
Dari ujung kaki sampai sampai kepala badanku gemetaran. Secangkir kopi menjadi
biang keladi. Magh yang kuderita mengamuk dipagi yang sunyi itu. Aku terbaring
memojok merasakan getaran itu menggerogoti tubuhku. Aku menghubungi temanku
untuk memberitahukan keadaanku. Aku takut sesuatu akan terjadi padaku. Kekhawatiran
itu tak beralasan. Sudah kudengar lebih dari 2 berita seorang mahasiswa
meninggal di kamar kos tanpa ada yang tau. Itu mengerikan.
Satu jam aku pasrah dan berdoa
semoga Allah menjagaku. Alhamdulilah perlahan tubuhku mulai diam. Rasa menggigil
itu perlahan pergi. Aku kembali teringat nasib skripsiku. Adzan subuh
memanggilku. Aku segera mengambil air wudhu. Wajahku yang sembab mulai terasa
segar kembali. Pikiranku kembali jernih. Aku menemukan solusi untuk
permasalahan penelitianku. Pukul setengah delapan pagi semuanya selesai.
Kurapikan kamar yang hampir terlihat seperti gudang ini. Aku akan segera ke
kampus dan menemui sang dosen. Penantianku begitu merisaukan. Detak jantungku
berdegup sangat kencang. Aku hanya bisa menenangkan diriku dengan doa-doa yang
bisa aku lafalkan.
Usahaku tak sia-sia. Aku mendapatkan
ACC dari dosen. Ingin rasanya terjun dari lantai dua untuk merayakannya. Tapi
aku masih waras. Mengorbankan waktu tidurku demi lembaran-lembaran yang
disetujui ini. Bagaimana tidak aku bahagia. Untuk melewati BAB 4, mereka bisa
menghabiskan hingga 10 kali pertemuan. Itu artinya 2.5 bulan hanya berlari-lari
diantara lembaran BAB 4 itu. Ini hadiah dari Allah yang tak terduga. “Ada usaha
pasti ada jalan”. Ya memang benar.
Bertemu dengan beliau, pak dosen
sering membuatku takut. Takut akan tak mendapatkan ACC. Kali ini aku kembali
diselimuti kecemasan-kecemasan. Lima menit sebelum masuk ruangan, aku menelfon
Ayah dan Ibu. Aku meminta doa agar aku dimudahkan untuk bimbingan. Dan lagi
Allah menjawab doa ku juga doa orang tuaku. Aku mendapat ACC kembali. Pastilah
ini hadiah dari Allah yang diberikan padaku lagi.
Ditengah keputusaaanku karena batas waktu telah
habis, ternyata ada rencana lain yang sudah dipersiapkan oleh Allah. Kami
mendapat perpanjangan bimbingan satu bulan. Itu adalah kabar yang gembira.
Walaupun aku hanya punya 4 kali waktu bimbingan. Untuk kemungkinan terburuk aku
tak bisa memakai toga diakhir tahun, setidaknya ada pelajaran yang bisa kupetik
untuk selanjutnya aku gunakan dalam dunia kerja. Wisuda terlambat bukan berarti
mahasiswa itu bodoh. Ada banyak faktor penghambat di dalamnya. Bukan berarti
tertinggal wisuda akan berdampak pada kesuksesan kita. Tidak. Kita harus lebih
sukses dari para wisudawan wisudawati yang telah mendahuluim kita. Namun dengan
sedikit waktu tersisa. Aku akan berusaha semampuku. Bismillah. Semoga ada
keajaiban lain lagi yang sudah Allah persiapkan dibaliknya. Semangat :D
No comments:
Post a Comment