![]() |
Gambar diambil dari Fanbookfar |
Aku kehilangan, saat rinduku tak lagi bisa kudapat.
Waktu telah membuat jarak antara aku dan kenangan. Seberapa besar aku meminta,
kenangan itu tak akan kembali. Itulah mengapa ‘kenangan’ memiliki harga yang
sangat mahal.
Dulu, sebelum tidur, tawa mereka selalu dapat
membuatku tidur nyenyak. Ejekan mereka membuatku harus melupakan apa itu marah.
Hal-hal bersama mereka adalah waktu terbaik yang aku punya.
Kini, suara televisi menjadi penenang setelah seharian bergelut dengan rutinitas. Dan hanya dering handphone dari mereka yang membuatku masih bisa mengingat setiap waktu-waktu terbaik dulu yang aku punya.
Kini, suara televisi menjadi penenang setelah seharian bergelut dengan rutinitas. Dan hanya dering handphone dari mereka yang membuatku masih bisa mengingat setiap waktu-waktu terbaik dulu yang aku punya.
Sehingga, salah satu pilihan yang membuatku ingin
bertahan adalah ‘TUJUAN HIDUP’.
Apa yang aku ingin, itulah yang akan membuatku
bertahan walau sering aku merasa berputus asa.
Masih ingat kah kalian tentang kebersamaan kita dulu?
Saat tragedi gunung Kelud meletus dan kita terjebak
di dalam kos tanpa persediaan bahan makanan yang cukup?
Pagi hari, kota tempat kita bertemu menjadi kota
mati. Tak ada tempat makan yang buka.
Kondisi kosan yang berada diluar ruangan membuat
tempat tinggal kita sangat-sangat tidak aman. Debu dengan mudahnya masuk ke
kamar dan membuat semuanya berantakan. Bertujuh, kita memasak makanan yang
tersisa di kos. Ikan asin dan cabai. Dapur kita tak kalah berantakan dan tidak
bisa dipakai. Alternatif, magic com menjadi penolong untuk kita.
Dan, tara... ikan asin, sambel, nasi hangat, dan plus
kacang goreng menjadi menu sarapan kita pagi itu. Aku sangat ingat itu teman.
Sorenya, kita hanya memiliki beberapa bungkus mie instant yang tersedia dan
akhirnya kita bagi untuk bertujuh. Ah, betapa waktu-waktu tersebut begitu manis
rasanya.
"Akhirnya kita akan sadar betapa berharganya ia, setelah kamu kehilangan."
No comments:
Post a Comment