Dear Deary

Sejak pagi kebiruan langit tak terlihat. Yang nampak hanyalah gumpalan awan hitam yang menjadi atap dan temani hari kami. Bahkan sampai senja menyapa, lalu menghilang. Dan kini sebagian bumi benar-benar telah gelap. Hujan. Menurut sebagian orang, hujan berbentuk butiran. Dan sebagian lagi mengatakan hujan berbentuk untaian seperti benang. Butiran atau benang, hujan tetaplah akan mengalirkan kehidupan.

Adila membuka catatan hariannya. Buku dengan tebal sekitar 120 lembar dengan gambar emotik senyum, berwarna merah dan hitam itu menjadi tempat seluruh pengaduannya. Perlahan Adila menggoreskan pena diatas lembaran kertas yang masih putih tersebut.

Dear Deary..

Sore ini aku menerima telfon dari teman dekatku, Devi. Dia mengabarkan sesuatu hal yang teramat berharga untukku. Devi mengetahui ceritaku. Cerita tentang ku akan Febian. Sore tadi mereka bertemu. Febian menanyakan keberadaanku yang seharian tak bertemu denganku. Aah itu pertanyaan biasa sebagai seorang teman. 2 tahun lebih aku mengenalnya. Dan dia adalah temanku. Ada yang salahkan dengan pertanyaan itu?


Aku terlalu gembira mendengarnya hingga tak bisa aku pahami sekali tafsir. Aku tak memandang arti pertanyaan itu bagi orang lain yang mendengarnya. Aku mengartikan seolah hanya hanya aku yang mendengar. Kau. Febian.

1 comment:

Anonymous said...

febian oh febian kau idola gelapku. Hahaha :D