HADIAH ALLAH DATANG TAK TERDUGA (END)

Namun diakhir-akhir masa bimbingan aku masih  bersemangat untuk menemuinya. Sehari sebelum bimbingan aku baru mengerjakan apa-apa yang perlu direfisi sang dosen. Inilah tipe-tipe mahasiswa yang suka bermalas-malasan. Tapi benarkah begitu sesungguhnya?

            Aku mendapat tawaran menjadi penulis artikel untuk kategori freelance. Aku menyanggupinya karena kupikir ini akan menjadi tugas selinganku selain mengerjkan skripsi. Aku belum bisa membagi waktu dengan baik hingga akhirnya aku sedikit melalaikan skripsiku. Hari itu aku mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Pukul 1 siang aku memulainya. Istirahatnya hanya ketika makan, sholat dan mandi saja. Tak terasa waktu terus bergulir cepat tanpa kusadari waktu telah menunjukkan pukul 3 pagi. Semua penghuni kos sudah tidur. Aku mulai dibuat resah. Hingga pagi aku belum juga menemukan solusi atas penelitianku ini. Aku mulai putus asa. Dibarengi itu, tubuhku mulai menggigil. Dari ujung kaki sampai sampai kepala badanku gemetaran. Secangkir kopi menjadi biang keladi. Magh yang kuderita mengamuk dipagi yang sunyi itu. Aku terbaring memojok merasakan getaran itu menggerogoti tubuhku. Aku menghubungi temanku untuk memberitahukan keadaanku. Aku takut sesuatu akan terjadi padaku. Kekhawatiran itu tak beralasan. Sudah kudengar lebih dari 2 berita seorang mahasiswa meninggal di kamar kos tanpa ada yang tau. Itu mengerikan.

            Satu jam aku pasrah dan berdoa semoga Allah menjagaku. Alhamdulilah perlahan tubuhku mulai diam. Rasa menggigil itu perlahan pergi. Aku kembali teringat nasib skripsiku. Adzan subuh memanggilku. Aku segera mengambil air wudhu. Wajahku yang sembab mulai terasa segar kembali. Pikiranku kembali jernih. Aku menemukan solusi untuk permasalahan penelitianku. Pukul setengah delapan pagi semuanya selesai. Kurapikan kamar yang hampir terlihat seperti gudang ini. Aku akan segera ke kampus dan menemui sang dosen. Penantianku begitu merisaukan. Detak jantungku berdegup sangat kencang. Aku hanya bisa menenangkan diriku dengan doa-doa yang bisa aku lafalkan.

            Usahaku tak sia-sia. Aku mendapatkan ACC dari dosen. Ingin rasanya terjun dari lantai dua untuk merayakannya. Tapi aku masih waras. Mengorbankan waktu tidurku demi lembaran-lembaran yang disetujui ini. Bagaimana tidak aku bahagia. Untuk melewati BAB 4, mereka bisa menghabiskan hingga 10 kali pertemuan. Itu artinya 2.5 bulan hanya berlari-lari diantara lembaran BAB 4 itu. Ini hadiah dari Allah yang tak terduga. “Ada usaha pasti ada jalan”. Ya memang benar.

            Bertemu dengan beliau, pak dosen sering membuatku takut. Takut akan tak mendapatkan ACC. Kali ini aku kembali diselimuti kecemasan-kecemasan. Lima menit sebelum masuk ruangan, aku menelfon Ayah dan Ibu. Aku meminta doa agar aku dimudahkan untuk bimbingan. Dan lagi Allah menjawab doa ku juga doa orang tuaku. Aku mendapat ACC kembali. Pastilah ini hadiah dari Allah yang diberikan padaku lagi.


Ditengah keputusaaanku karena batas waktu telah habis, ternyata ada rencana lain yang sudah dipersiapkan oleh Allah. Kami mendapat perpanjangan bimbingan satu bulan. Itu adalah kabar yang gembira. Walaupun aku hanya punya 4 kali waktu bimbingan. Untuk kemungkinan terburuk aku tak bisa memakai toga diakhir tahun, setidaknya ada pelajaran yang bisa kupetik untuk selanjutnya aku gunakan dalam dunia kerja. Wisuda terlambat bukan berarti mahasiswa itu bodoh. Ada banyak faktor penghambat di dalamnya. Bukan berarti tertinggal wisuda akan berdampak pada kesuksesan kita. Tidak. Kita harus lebih sukses dari para wisudawan wisudawati yang telah mendahuluim kita. Namun dengan sedikit waktu tersisa. Aku akan berusaha semampuku. Bismillah. Semoga ada keajaiban lain lagi yang sudah Allah persiapkan dibaliknya. Semangat :D

No comments: