Penulis
: Grace Melia
Editor
: Triani Retno A
Proof
Reader : Herlina P. Dewi
Desain
Cover : Teguh Santosa
Layout
Isi : Deeje
ISBN
: 978-602-7572-27-0
Tanggal
Terbit : 16 Mei 2014
Jumlah
Halaman : 266
Berat
Buku : 250
Dimensi
: 13 X 19
Review
Aubrey Naiym Kayacinta, seorang anak yang lahir dengan kebutuhan khusus
akibat terinfeksi virus rubella yang mengakibatkan ia harus mengalami
jatuh bangun dari sewaktu ia lahir. Mulai dari kebocoran jantung,
kehilangan pendengarannya, hingga membuatnya harus menjalani fisioterapi
karena perkembangan tubuhnya yang lambat. Virus ini menyerang ketika
ibunya yang sedang mengandung terkena rubella yang tak disadari
menginfeksi ke janinnya.
Semenjak lahir, Ubii, begitulah panggilan sayang dari orangtuanya, harus berkali-kali berurusan dengan dokter. Umurnya baru saja menginjak 1 bulan 17 hari, Ubii harus siap menjalani tes Echo. Hasil tes ini membuktikan bahwa Ubii mengalami kelainan jantung yaitu PDA (Patent Ductus Arteriosus) dan ASD (Atrial Septal Defects). Kemudian saat Ubii berumur 5 bulan 10 hari, Ubii menjalani tes BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry). Tes ini bertujuan untuk melihat ambang batas pendengaran Ubii. Hasil tes menunjukkan bahwa Ubii terkena profound hearing. Tak hanya itu, di usianya yang seharusnya Ubii sudah bisa aktif bergerak, namun tidak dengan Ubii. Itu membuat orangtuanya terutama si Ibu Grace semakin khawatir. Ubii kembali menjalani serangkaian tes. Kali ini Ubii melakukan tes USG otak. Hasilnya, dalam otak Ubii terdapat bercak-bercak putih.
Dari cobaan yang silih berganti, dokter menduga bahwa Ubii terinfeksi rubella dari ibunya. Dan benar saja. Saat usia Ubii memasuki 5 bulan 22 hari, saat itu juga si ibu baru mengetahui bahwa sederet cobaan yang datang pada Ubii adalah efek dari virus rubella setelah hasil tes darah menunjukkan positif.
Ujian demi ujian yang datang, membuat orangtuanya harus berjuang keras. Orangtua mana yang tidak terpukul mendapati buah hatinya mengalami cobaan sebesar itu. Sepertinya, tangis tak bisa lagi menenangkan kedua orangtuanya. Menangis pun tiada guna. Yang mereka butuhkan adalah semangat. Dengan semangat keduanya kembali bangkit dari keterpurukannya. Semangat untuk terus berjuang membesarkan cintanya, Ubii. Semua dijalaninya dengan penuh ketabahan. Berkat kesabarannya, kini Ubii mulai mengalami banyak perubahan. Kini, Ubii bisa mendengar dengan alat bantu pendengarnya dan kini Ubii kecil mulai terlihat aktif.
Bentuk cinta dari sang ibu kepada putrinya, Ubii, dituangkannya dalam surat yang kemudian dibukukan ini. Pembaca bisa memetik pelajaran hidup, bagaimana perjuangan orangtua yang begitu mencintai putrinya bagaimanapun keadaannya. Dan apa pun caranya, untuk melihat anaknya terus hidup.
Semenjak lahir, Ubii, begitulah panggilan sayang dari orangtuanya, harus berkali-kali berurusan dengan dokter. Umurnya baru saja menginjak 1 bulan 17 hari, Ubii harus siap menjalani tes Echo. Hasil tes ini membuktikan bahwa Ubii mengalami kelainan jantung yaitu PDA (Patent Ductus Arteriosus) dan ASD (Atrial Septal Defects). Kemudian saat Ubii berumur 5 bulan 10 hari, Ubii menjalani tes BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry). Tes ini bertujuan untuk melihat ambang batas pendengaran Ubii. Hasil tes menunjukkan bahwa Ubii terkena profound hearing. Tak hanya itu, di usianya yang seharusnya Ubii sudah bisa aktif bergerak, namun tidak dengan Ubii. Itu membuat orangtuanya terutama si Ibu Grace semakin khawatir. Ubii kembali menjalani serangkaian tes. Kali ini Ubii melakukan tes USG otak. Hasilnya, dalam otak Ubii terdapat bercak-bercak putih.
Dari cobaan yang silih berganti, dokter menduga bahwa Ubii terinfeksi rubella dari ibunya. Dan benar saja. Saat usia Ubii memasuki 5 bulan 22 hari, saat itu juga si ibu baru mengetahui bahwa sederet cobaan yang datang pada Ubii adalah efek dari virus rubella setelah hasil tes darah menunjukkan positif.
Ujian demi ujian yang datang, membuat orangtuanya harus berjuang keras. Orangtua mana yang tidak terpukul mendapati buah hatinya mengalami cobaan sebesar itu. Sepertinya, tangis tak bisa lagi menenangkan kedua orangtuanya. Menangis pun tiada guna. Yang mereka butuhkan adalah semangat. Dengan semangat keduanya kembali bangkit dari keterpurukannya. Semangat untuk terus berjuang membesarkan cintanya, Ubii. Semua dijalaninya dengan penuh ketabahan. Berkat kesabarannya, kini Ubii mulai mengalami banyak perubahan. Kini, Ubii bisa mendengar dengan alat bantu pendengarnya dan kini Ubii kecil mulai terlihat aktif.
Bentuk cinta dari sang ibu kepada putrinya, Ubii, dituangkannya dalam surat yang kemudian dibukukan ini. Pembaca bisa memetik pelajaran hidup, bagaimana perjuangan orangtua yang begitu mencintai putrinya bagaimanapun keadaannya. Dan apa pun caranya, untuk melihat anaknya terus hidup.
Info lomba klik di sini: #ReviewLettersToAubrey
1 comment:
Terima kasih atas partisipasinya dalam Lomba Review #LetterstoAubrey :))
Post a Comment