Aku ingin kembali ke
usiaku dulu. Usia dimana saat-saat aku masih menjadi seorang bocah. Bocah yang
hanya mengenal dunia bermain dan bersenang-senang. Semuanya terlihat sederhana
dan apa adanya. Bahagia dengan menghabiskan waktu untuk berimaji dan melakukan
apa yang di sukai. Menangis manakala keinginannya tak terlaksana. Sebenarnya hidup
itu terasa semanis candy, setenang
cokelat dan selembut es krim. Terlalu banyak kebahagiaan yang kita lupakan. Dan
dunia ku yang dulu, ah aku merindukan mu. Sungguh.
Gerimis.
Langkah kaki 2 bocah laki-laki kecil itu terlihat bersemangat. Telapak kaki
mereka menginjak aspal tanpa alas kaki. Sesekali bermain dengan genangan air
yang sudah beberapa kali terinjak kuda besi. Seragam putih mereka berbintik-bintik
cokelat terkena cipratan kaki-kaki jail mereka. Mereka tertawa cekikikan. Wajah
polos mereka tak membosankan untuk dipandangi. Seorang berbadan gendut dengan
rambut cepak, berkulit hitam, hidung pesek dan bermata sipit. Celananya
terlihat sesak dengan gesper setinggi pusar. Tas nya terlihat usang dan
seharusnya sudah dirumahkan. Seorang lagi berbadan sedang dengan rambut lurus
belah tengah, berkulit putih dengan alis yang sangat indah serta hiasan lesung
pipit yang membuatnya terlihat manis. Ia memakai baju yang seharusnya dipakai
oleh si gedut. Kedodoran. Ia pun memakai ikat pinggang setinggi pusar sehingga
celananya tak melorot. Sepasang sepatu mereka, ia jinjing dengan memegang ujung
tali yang panjang. Walaupun itu diluar jam upacara, mereka tetap saja taat pada
peraturan. Terlihat mereka masih memakai topi merahnya. Itu untuk menutupi kepala mereka dari gerimis. Pikir ku.
Aku semakin asyik
dibuatnya dengan kelucuan tingkah mereka. Keduanya menghampiri pedagang siomay
yang tengah berteduh di depan ruko. Dikeluarkannya lembaran dua ribuan yang
terlihat menggulung. Lusuh. Pastilah uang itu hanya dimasukkan ke saku tanpa
perasaan. Kepulan asap terlihat ketika panci berisi siomay-siomay itu terbuka.
Terlihat hangat. Abang siomay membungkuskan 2 untuk mereka. Harga jajanan untuk
anak SD dengan porsi kecil. Namun cukup lumayan untuk menenangkan lidah mereka
dari rasa ingin atau bisa jadi untuk pelengkap teman sebelum sampai dirumah.
Untuk menunda sedikit rasa lapar setelah mencari ilmu.
Keduanya melahapnya
dengan cekatan. Seketika habis sudah siomay-siomay itu masuk dalam perut
mereka. Dengan tanpa rasa bersalah, ditinggalkannya sampah plastik itu
dipinggir jalan.
Gerimis mulai marah
sepertinya melihat tingkah mereka. Rintik-rintik gerimis itu melebat. Hujan.
Kedua bocah itu berlari-lari kecil. Menutupi kepalanya dengan tas mereka. Kenapa tak menyingkir dari hujan dan
berteduhlah. Batin ku. Mereka terus saja berlari hingga diujung pertigaan.
Mereka berbelok. Mereka hilang dari jangkauan ku. Pandanganku untuk mereka
terhenti.
Aku tersenyum. Mungkin aku juga akan memilih untuk berlari
dibawah hujan seperti mereka daripada berteduh. Karena itu sangat menyenangkan.
Kalian berdua, sampailah dirumah dengan selamat. Orang tua kalian menunggu.
Ku lemparkan pandangan
ku. Mencari sesuatu hal yang menarik untuk dilihat dan diceritakan. Kini pandangan
ku tertuju pada wanita paruh baya yang sedang berteduh dipinggir ruko dengan
seinggit kayu bakar disampingnya....
TO BE CONTINUE...
3 comments:
Dulu pertama cerita tentang masa" kuliah, selanjutnya ke masa SMA, eh sekarang sudah ke masa SD, Besok masa teka, Aq tunggu cerita masa bayi ah..hehe :D
Kalo yang bayi mah udah lupa kaya gimana dulunya. Haha. Thx ya...
iya sma mbak umu
Post a Comment