Sebuah cerita yang aku jalani dan aku namai sendiri
setiap kaki ini melangkah. Mengejar matahari itu adalah sebuah perumpamaan
ketika aku berangkat ke kota perantauan untuk menimba ilmu. Aku memilih pagi
untuk mengawali setiap perjalanan ceritaku. Letak tempat tinggal ku yang berada
di sebelah barat dan lokasi yang ku tuju
berada di sebelah timur membuat semangat ini mengebu-ngebu untuk
mendekati sang mentari. Sebenarnya tanpa dikejarpun matahari itu akan
mendatangi kita. Tapi aku tak mau menunggu mentari datang menghampiri. Aku malu
pada dunia. Aku malu menatap mentari itu ketika tersenyum manis pada ku. Pagi
itu adalah awal dimulainya kehidupan. Bahkan untuk kehidupan di kerajaan milik
Allah. Aku mengetahuinya saat aku membaca sebuah doa Matsurat yang diberikan
oleh murabbi Liqo ku. Oke.
Sebuah pagi yang indah yang ku temui di bawah kaki
gunung Sindoro Sumbing. Hamparan ladang nan hijau dengan banyak tanaman teh dan
sayur-sayuran membentang luas. Terasering terlihat berbaris rapi. Puncaknya
terlihat seakan berada sejengkal didepan mata. Menjulang berbaur dengan biru
langit dan berselimut awan putih menambah pesona kala itu. Mentaripun mulai
naik meninggalkan peraduannya. Sinar teriknya memang menyengat kulit namun hawa
dingin di kaki gunung enggan lenyap. Bahkan semakin menusuk ketika semilir
angin berhembus lirih. Seperti berada di dunia dongeng yang penuh dengan
lukisan menakjubkan. Ini nyata, bukan fiktif belaka. Maha sempurna untuk
pencipta alam ini. Pagi yang indah itu sebenarnya relative. Tapi pagi seperti
ini lah yang aku sebut pagi yang sempurna.
Lalu bagaimana dengan sebutan untuk menyapa senja?
Menyapa senja merupakan perjalanan pulangku ke kampung halaman. Itu sering ku
lakukan ketika menjelang senja. Sebelum penyihir kegelapan menenggelamkan
kehidupan, dan sebelum kehidupan berikutnya kembali dihidupkan. Itu kalau kita
masih diberi nafas. Kalau tidak?? Kita tak akan pernah lagi melihat senyuman sang
fajar beserta keindahannya lagi. Sapa senja sejenak dan berdoalah. Senja
dipasir pantai memang terlihat sangat mengagumkan. Menghabiskan sore di pantai
adalah hal yang paling menyenangkan. Berirama dengan ombak dengan nyanyian
pantai bersama kawan, diiringi petikan gitar. Lagu-lagu itu menyatukan kita.
Melebur menjadi satu irama dan senada.
“Terbangun
dipagi hari
Disiuli genit burung
dan mentari
Pantai indah
tlah menanti
Mengiringi buih
ombak yang menari
Resah hilang
Hadapi hari ini,
hapus mimpi yang tak pasti
Lepas sudah, rapuhnya
diri ini
Langkah bebas
bersemi
Dipantai ku
menari
Dipantai ku
bernyanyi
Berlari
telanjang kaki
Laut biru
tersenyum
Nelayan riuh
menepi
Terbaring
dipasir putih
Amati langit ini
Kepak camar
melambai
Angin menyanyi
Menepiskan
lamunan kesombongan diri ini
Senja kan datang
Membelaikan
pikiran”
Created by Pas
Band.
Mengenai isinya, silahkan kalian nilai sendiri tiap
bait liriknya. Bisakah anda merasakan suasana pantai??
Well.. Have a nice day ^_^
No comments:
Post a Comment