Tubuhnya tak memang masih kuat. Tapi, kulitnya terlihat cokelat
akibat paparan matahari. Sesekali, lelaki pengayuh sepeda itu melepas topi
untuk sekedar mengelap keringat dengan handuk yang ia gantungkan di leher atau untuk membiarkan angin
mendinginkan kepalanya. Terlihat rambutnya menyembulkan uban yang bila dihitung
menggunakan jari tak akan cukup. Guratan-guratan di wajah serta tangannya
mengisyaratkan, ia adalah pekerja keras.
Hari ini sedang tidak berpihak
padanya. Sebentar lagi hujan pasti akan turun. Angin mulai bertiup menanggalkan
daunnya. Puluhan burung wallet terbang meliuk-liuk membebaskan diri dari
sangkarnya. Dan benar saja, gerimis mulai menangis perlahan dengan lembut.
Lelaki pengayuh sepeda itu,
menepikan sepeda tuanya yang berisi kotak besar bawaannya. Kotak besar berwarna
biru itu menjadi temannya setiap kayuh demi kayuhannya. Ia berteduh di samping
rumah warga. Atapnya pas untuk melindungi kotak biru besarnya dari hujan,
walaupun sesekali hujan melompat membasahinya. Ia bersandar pada tembok rumah
orang.
Terlihat satu dua wanita mulai
menghampirinya. Membawa kantong kresek. Sesekali bercakap, wanita yang
menghampiri lelaki itu mengeluarkan kain-kain dari kreseknya. Setelah itu, dua
wanita itu berlalu dan meninggalkan kantung kresek dan kain-kain mereka
padanya.
Sekarang, lelaki pengayuh sepeda itu
memiliki gawean yang harus
dikerjakan. Tidak hanya sekedar melemparkan pandangannya ke hujan untuk
menghitung jumlah titik hujan yang turun. Atau tidak lagi sekedar memejamkan
mata untuk beristirahat. Lelaki tua itu duduk di atas sepeda tuanya. Tangan
terampilnya mulai bergerak untuk mengerjakan pekerjaannya. Rintik hujan
terdengar seperti melodi yang mengiringi geritan pijakan kakinya. Lelaki
pengayuh sepeda itu terlihat lebih bersemangat sekarang. Dari pekerjaan itulah,
ia mendapat rupiah demi rupiah untuk menghidupi keluarganya.
Aku sendiri masih tertegun
mengamatinya. Mengamati dari jauh sehingga tidak mungkin lelaki pengayuh sepeda
itu melihatku.
Teruntuk lelaki pengayuh sepeda:
pulanglah dengan selamat. Keluargamu menunggu. Semoga Allah selalu melimpahkan
rizekinya padamu.
No comments:
Post a Comment