Hikmah Jalan-Jalan Edisi 9 Juli 2014
Pasrah sudah menanti 10
Juli melewatiku. Oh Pak Dosen, tidak ingin berpisah secepat itu denganku.
Baiklah. Besok-besok saya masih akan bertemu dengan Pak Dosbing saya lagi. Saatnya
menghilangkan persoalan skripsi sehari saja. Walaupun pada hari-hari lainnya
juga sering lupa. Lebih tepatnya sengaja melupa. Ahh sepertinya hari ini
membutuhkan udara untuk bernafas. Cerita ini akan diperankan oleh aku dan kedua
temanku. Sebut saja Iin dan Raisya. Kami memutuskan untuk hangout ke Malioboro
dengan menggunakan angkutan transjogja. Selalu ada cerita yang bisa diceritakan
setiap melakukan sebuah perjalanan, Saat Berjalan Aku Menemukan Cerita.
Sesampainya di
Malioboro. Tak seperti hari-hari biasa yang dipenuhi pedagang di sepanjang jalan
Malioboro. Tanpa pedagang-pedagang itu, jalanan Malioboro nampak sepi. Kami
melenggangkan kaki menuju Mall Malioboro. Ee buset dah, penuh, riuh dan sesak.
Menjelang datangnya hari Lebaran banyak outlet-outlet memasang diskon. Itu
membuat para pengunjung berjejal-jejalan berebut dan mencari target. Ow dengan
tubuhku yang mungil, aku terhimpit! Sebaiknya aku keluar saja dari segerombolan
orang-orang yang berhasrat tinggi untuk belanja. Ahhh. Mungkin suasana tersebut
akan semakin kuat dengan mendengarkan sebuah lagu dari Efek Rumah Kaca dengan
judul Belanja Terus Sampai Mati! Bahkan di Departement Store keramaian itu
semakin membludak. Beginilah situasi Ramadhan di sini. Untuk menyambut hari
kemenangan itu sering diwarnai aksi-aksi memborong-borong. Termasuk aku.
Hari ini di sebuah
Departement Store sedang membuka diskon super gede dari 20% hingga 70%.
Pihaknya tidak melakukan antisipasi sebelumnya sehingga acara diskon tersebut
terlihat anarkis. Itu terlihat di salah satu bagian sepatu dan sandal. Kotak
kardus beserta isinya terlihat berserakan dan ahh kacau sekali. Bahkan keadaan
itu membuat sepasang sepatu dan sandal harus saling terpisah. Ah jahat sekali.
Terpaksa pihaknya harus berturun tangan untuk membereskan kekacauan ini.
Termasuk menyatukan kembali sandal sepatu yang terpisah tersebut. Aku berlalu
membawa kantong kresek hasil dari perburuan. Hahaha.
Dari shelter 2
malioboro kita harus berjalan sampai Masjid yang berada di timur Pasar
Beringharjo. Jalan kami semakin terlihat sempoyongan. Dan tidak aturan. Guyuran
air membuat wajah kami kembali terlihat segar. Dan doa akan menenangkan kembali
hati kami ini. Satu jam lagi adzan magrib akan berkumandang. Sebenarnya masjid
itu menyediakan takjil buat orang-orang yang mampir, namun kami lebih memilih
untuk mencari makan di luar. Kami bergegas mencari hidangan untuk menu berbuka
puasa.
Benar-benar berbuka
puasa on the road. Ditengah langkah-langkah kami, Alhamduliah kami temukan menu
untuk berbuka puasa. Tepat di KM 0 tenggorokan perut kita terisi. Romantis
sekali keadaan ini. Kami berbaur menjadi satu makan beratapkan langit. Terlihat
beberapa bule menikmati hidangan seperti yang kami makan sambil berjalan. Dan sepasang kekasih yang sedang
bertravelling untuk singgah di depan kami atau dua laki-laki aneh yang
tiba-tiba duduk di sampingku tanpa permisi. Perut kami sudah terisi. Sebelum pulang,
dan lagi kami mencari masjid. Kami berjalan lagi menyusuri trotoar di bawah
lampu jalanan. Kami menemukannya di dekat kantor Polisi PKU. Selanjutnya kami
teruskan langkah hingga menemukan shelter transjogja di jalan Ahmad Dahlan.
Kami terkatung-katung di shelter hingga 45 menit untuk menunggu bus datang.
Aku mendapat banyak
senyuman sore ini. Senyuman dari partner pencari diskon, senyum ibu-ibu penjaga
takjil, senyum bapak-bapak yang kutemui di sepanjang malioboro, senyum
mbak-mbak ambassador sebuah operator seluler, senyum dari mas-mas penjual es
the, senyum ibu dan bapak polisi, senyum bapak ibu yang menjatuhkan nampan
kayu, senyum bapak supir ambulans, dan senyum petugas transjogja. Namun sayang
sekali, aku tak mendapat senyum dari ibu-ibu yang sedang menggendong anaknya
padahal ia duduk persis di depanku. Wajahnya nampak gelisah dan matanya terus
saja memandang ke depan. Aku masih saja diam memandanginya. Pemberhentian si
shelter terakhir memisahkan pandanganku.
Jangan pedulikan
keberadaanku. Aku hanya ingin mengawasi keadaan sekitarku dan menikmati keindahan ini dari sisi lain. Keindahan
dari sisi gelapku. Mengamati mereka dan mempelajari setiap tingkah laku
milyaran manusia di dunia ini. Untuk selanjutnya bagaimana cara kita untuk bisa
berbaur bersama mereka. Indah sekali bila bisa berteman dengan mereka tanpa
memandang status ataupun pangkat keluarga.
Kita hidup dengan
begitu damainya. Tapi lihatlah saudara kita di Gaza. Keadaan ini sangat
berbanding terbalik dengan mereka. Mereka berjihad mempertahan tanah waqaf
milik Islam. Mereka rela bertahan untuk melindungi masjid Al-Aqsha. Bayi,
anak-anak dan orang dewasa meninggal dalam keadaan yang memprihatinkan seperti
yang di share teman-teman di sosial media. Mereka pasukan yang tidak takut
untuk mati. Ditengah perang yang dahsyat, para tentara maupun anak-anak dan
penduduk sipil masih saja mempelajari Al-Qur’an. Subhanalloh. Semoga Allah
senantiasa melindungi dan memasukannya ke tempat yang baik disisi-NYA. Amin.
No comments:
Post a Comment