“Kau memiliki kekuatan berbeda yang tidak dimiliki oleh
para panglima lain. Kau keturunan dari dua arah mata angin. Kekuatanmu dua kali
lipat dari kekuatan semula.”
“Tidak. Aku tidak mau nasibku nanti akan seperti
Ayah Ibuku. Nyawaku menjadi taruhannya!”
“Aku mohon untuk rakyatku, Aurel. Bantulah kami.
Setelah berhasil merebut kedua benteng tersebut dan mengalahkan Ratu Eranthe,
kami akan kembali bisa hidup normal. Kau memang baru saja mengenalku. Mana
mungkin akan secepat itu kau akan mempercayainya.”
Angelina membisu cukup lama. Akupun begitu.
“Aku akan mengabulkan apapun permintaanmu sebagai
imbalannya.”
“Apapun?” Aku memanggut.
“Seorang ratu tak akan menarik kembali ucapannya.
Kau boleh meminta apa yang kau mau.”
“Aku ingin hidup normal seperti remaja-remaja
sesuiaku. Bermain ke mall, menonton ke bioskop dan tertawa bersama teman-teman.
Aku kesepian.”
“Hanya itu? Padahal kau bisa memintahal yang jauh
lebih besar dari itu. Aku akan mengajarimu bagaimana melakukan pendekatan ke
mereka.”
“Hanya itu yang belum aku miliki. Kau bisa gunakan
sihirmu untuk itu!”
“Ini tentang hati dan perasaan. Kekuatan sihir tak
mampu menembus dua elemen tersebut. Percayalah padaku. Aku akan mengajarimu
banyak hal.”
“Baiklah. Tapi tunggu. Sebelum kau mempercayakan
misi besar ini padaku, apakah kau yakin aku mampu melakukannya? Aku selalu
kalah saat berkelahi dengan teman sekelas saat dia mengejekku.”
“Kau mempunyai kemampuan yang sudah mendarah daging.
Hanya perlu berlatih untuk menggali potensi itu.”
“Kau sangat yakin aku bisa melakukannya?”
“Ya kenapa tidak.” Angelina menjawab dengan tatapan
percaya.
Aku memilih diam menanggapi jawaban Angelina.
Melihat-lihat Negeri Annora yang terletak dalam dimensi lain dibalik lukisan Ayah
sungguh tak pernah terbayangkan sebelumnya. Ini seperti kembali ke jaman dulu
kala. Mereka masih menggunakan baju-baju jaman dulu yang rapat dan memakai gaun
atau rok. Busana wanita jaman dulu tidak seperti jaman sekarang yang terbuka
sampai paha ataupun terbuka hingga bagian dada. Pantang bagi wanita untuk
membuka bagian tubuh kepada orang lain. Hanya mata kaki, wajah dan telapak
tangan yang boleh diperlihatkan. Kecuali laki-laki, ia boleh saja menggunakan
baju tanpa lengan.
Tak ada gedung yang paling tinggi kecuali istana dan
beberapa mercusuar untuk memantau keadaan. Tak ada mall ataupun tempat belanja
mewah, yang ada hanya pasar-pasar tradisional yang buka sampai menjelang tengah
hari. Sebentar matahari akan menutup negeri ini. Dan semua manusia-manusia tak
berdosa itu akan berubah menjadi rusa. Aku memang biasa hidup tanpa
memperdulikan orang lain. Aku adalah orang yang egois. Aku bersikap seolah
mereka tidak pernah akan mendapat luka. Kini, sepertinya naluriku sedikit
terbuka. Melihat mereka berjalan dengan empat kakinya sungguh mengetuk pintu
hatiku.
Leleh
berkeliling, aku singgah di atas mercusuar. Setiap sudut kota bisa kulihat dari
atas sini. Sepi. Sesekali terlihat rusa cokelat melintas dan masuk rumah. Lebih
sepi dari malam natal di duniaku sebelumnya. Saat petang, orang-orang akan
masuk dalam rumah masing-masing untuk berlindung. Ada cahaya putih yang
berjalan mendekatiku. Angelina. Aku
menuruni tangga untuk menemuinya.
“Kau belum tidur Angelina?” Tanyaku.
“Aku baru bisa tidur menjelang fajar.”
“Apa hanya kau rusa berwarna putih di sini. Ah
maksudku, hanya kau yang berwarna putih?”
“Tidak apa. Ada saudara perempuanku, dia juga
berkulit putih. Tapi Ratu Eranthe menjadikannya tawanan dan budak di kutub
utara.” Angelina menunduk.
“Sebaiknya kau beristirahat. Aku sudah menyiapkan
kamar untukmu. Besok pagi kau sudah harus mulai berlatih. ”
“Angeline. Seberapa luas Negeri Annora ini?”
“Kau mau menjelajahnya bersamaku?”
“Ya. Aku mau. Aku masih sangat penasaran dengan
Negeri ini.”
“Tunggu sampai aku menyiapkan sebuah kereta
untukmu.”
Angelina meninggalkan aku. Dia masuk istana melewati
gerbang samping. Aku tak sabar menanti apa yang sedang dipersiapkan oleh
Angelina. Pandanganku melayang jauh ke hutan yang terletak cukup jauh dari
kokohnya istana. Pohon-pohon tinggi membuat pemandangan tak biasa di malam
hari. Bayangan hitam yang ditimbulkan terlihat menyeramkan. Bergerak ke samping
kanan dan kiri seperti sedang menari mengikuti irama musik. Atau bahkan
sesekali terlihat meninggi secara bergantian. Itu terlihat aneh. Tapi pasti
karena tiupan angin. Gumanku.
Terdengar lonceng berbunyi kencang entah datang
darimana namun aku tak melihat sesuatu mencurigakan yang menghasilkan suara
itu. Kupikir semakin lama suara itu semakin mendekat. Aku tercengang. Bayangan
kereta melintasi bulan. Kereta itu diterbang bersama rusa-rusa yang menariknya.
Luar biasa. Dongeng
masa kecilku menjadi nyata.
Aku masih saja terpukau sewaktu Angelina berhenti di
depanku. Lima rusa hitam dan satu rusa putih bertanduk satu saling terikat tali
yang tersambung ke kereta. Kereta Santa Clause.
Aku kegirangan. Setengah tak mempercayai, aku mendekatinya. Merabanya seolah
aku ini adalah wanita tuna netra.
“Aurel, naiklah.” Angelina menyuruhku.
Kereta Santa Clause itu membawaku terbang. Dari atas
dini Negeri Annora terlihat lebih mengagumkan walaupun dalam kegelapan. Pegunungan
batu menjulang tinggi. Hamparan sabana yang dihuni oleh sapi-sapi peliharaan
penduduk terlihat tertidur disudut-sudut bambu yang menjadi pembatas mereka. Di
samping peternakan terdapat banyak kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan
listrik. Hutan yang kulihat tadi dari atas mercusuar kini tepat berada di
bawahku. Ternyata keanehan itu benar. Pohon-pohon yang kukira tertiup angin
rupanya memang benar-benar bergerak. Mereka hidup pada malam hari. Tidak hanya
pohon, namun semua elemen akan hidup. Termasuk batu-batu yang akan saling berjalan
menggelinding dan berbicara. Ataupun mahkluk aneh berbadan kerdil dengan tinggi
lima kaki, berhidung mancung dan memiliki telinga panjang seperti kurcaci namun
ia memiliki sayap seperti capung. Kereta Santa terbang rendah sehingga aku bisa
melihatnya dengan jelas.
“Apakah hutan ini berbahaya Angelina?”
“Ini adalah hutan putus asa.”
.........................................
.........................................
No comments:
Post a Comment