“Siapa kau? Dalam duniaku tidak ada hewan yang bisa
berbicara. Kecuali bila orang itu telah gila. Atau memang aku sudah gila? Tapi
tunggu. Apakah mungkin kau seorang penyihir”
“Panggil saja aku Angelina. Bergerak bebaslah
sekarang. Aku tidak akan menyakitimu.” Ujarnya.
Aku yakin dia seorang penyihir yang menjelma menjadi
rusa bertanduk satu. Hanya seorang penyihir yang mampu membuatku diam tak bia
bergerak tanpa alat peraga apapun.
“Usiamu sudah 17 tahun sekarang. Tepat di hari ini.
Itu berarti sudah saatnya kau mengetahui segalanya.” Paparnya. “Nada dalam
kotak musik itu yang telah mengahdirkanku ke dunia ini.”
Hari ini memang hari ulang tahunku. Dan di hari ini,
4 tahun yang lalu Ayah Ibu memberiku kotak musik dan setelah hari itu pula
mereka meninggalkanku sendirian. Semenjak mereka tiada, aku tidak mau lagi
mendengarkan kotak musik ini. Namun entah angin apa atau mungkin sudah menjadi
suratan takdir, aku mengambilnya kembali dari gudang penyimpanan.
“Apa yang kau maksud?”
“Aku akan memberitahumu segalanya yang belum pernah
kamu ketahui sebelumnya. Tapi bisakah kau tunjukan lukisan istana milik orang
tuamu?”
“Lukisan?”
Aku samar-samar pernah melihat dan mengetahui
tentang lukisan tersebut. Kuingat-ingat kembali di mana aku pernah melihatnya.
Ingatanku menuju ke sebuah ruang bawah tanah yang menjadi tempat penyimpanan
barang-barang bekas. Di salah satu sudut ruangan, terdapat benda yang ditutupi
oleh kain hitam oleh Ayah. Dan tiap kali aku ingin melihatnya, Beliau selalu
melarangku. Semakin dilarang, itu membuat anak seusiaku semakin penasaran.
Diam-diam aku membukanya saat ke dua orang tuaku sedang terlelap tidur. Aku
yang tak tahu menahu soal lukisan hanya menelan ludah kecewa saat melihatnya
kukira yang disembunyikan Ayah adalah sesuatu hal yang memang sangat berharga.
“Kau bisa ikut denganku.” Segampang
itu aku mempercayai hal yang kuanggap mustahil ini. Aku membawa rusa putih itu
masuk dalam rumahku. Untunglah komplek rumah sepi tak berpenghuni sehingga
dengan leluasa aku bisa berjalan tanpa harus takut diketahui tetangga.
Sepeninggalan ke dua orang tuaku, hidupku semakin kacau. Aku tidak memiliki
banyak teman seperti normalnya remaja-remaja sesusiaku. Bagi teman-temanku, aku
ini wanita aneh yang sinting. Mereka tak mau berteman denganku. Dandananku
dianggap aneh dengan rambut berkepang dua dengan kacamata tebal yang membantuku
untuk melihat. Hal lain yang membuat temanku iri adalah IQ ku di atas kemampuan
rata-rata. Aku sering mendapat nilai A. Aku terasingkan. Namun kupukir, aku
memang tak membutuhkan mereka. Aku menyombong.
Hanya Kakek dan Nenek Margaret tetanggaku yang mau
berteman denganku. Walaupun bukan Kakek dan Nenek kandung, namun aku telah
menganggapnya keluarga sendiri. Hanya mereka yang sudi berbicara dan
mendengarkan semua ceritaku. Semua biaya hidupku diurus oleh pengacara
kepercayaan Ayahku, Pak Willson. Kedua orang tuaku meninggalkan aku dengan
kekayaan yang dimilikinya. Semua kekayaan itu menjadi milikku karena aku adalah
anak tunggal. Namun sebelum umurku genap 17 tahun, semua pengaturan keuangan
sepenuhnya diatur Pak Willson. Dan beliau juga sama pedulinya terhadapku
seperti Kakek dan Nenek Margaret.
Aku membawa Angelina ke depan lukisan yang dimaksud.
Kain hitam penutup lukisan tersebut kusibak.
“Lukisan inikah yang kau maksud Angelina?”
“Ya. Benar ini.”
Lukisan besar itu bergambar istana megah dibentengi
dengan gerbang besi. Pintu gerbang tersebut terkunci rapat oleh besi-besi yang
terangkai seperti tumbuhan markisa yang saling merambat dan menyatu.
“Ambilah kotak musik milikmu. Kemudian putarlah.”
Perintah Angelina.
Aku menurutinya. Kotak musikku
berbunyi sangat nyaring. Rangkaian besi yang semula saling terkait seperti
tumbuhan merambat, kini besi-besi itu saling menarik diri. Pintu gerbang
terbuka. Aku ternganga kaget. Seribu pertanyaan mulai memenuhi otakku. Aku
merasa aku semakin gila kali ini.
Bagaimana bisa!
Ini hanya sebuah lukisan.
Aku masih saja tak mempercayai apa yang baru suaja
terjadi.
“Katakan padaku Angelina. Ini begitu gila. Aku tak
mengerti apa yang sedang terjadi.”
“Ikuti saja aku.” Angelina kembali memerintah.
Pintu gerbang dalam lukisan itu terbuka lebar. Aku
membuntuti Angelina dari belakang. Keterkejutanku tidak berhenti sampai di situ.
Saat langkah Angelina melewati gerbang, sosok rusa putih bercula satu itu
menghilang dan tergantikan oleh perempuan berparas cantik dengan gaun anggunnya
bermahkotakan berlian di kepalanya.
“Kau akan terbiasa oleh hal-hal magis yang tak
pernah ada di duniamu Aurel. Ini wujudku yang sebanarnya.”
“Kau seorang puteri?”
“Ya. Akulah pemimpin Negeri Annora ini. Inilah
Negeri seribu cahaya dengan segala ketidakmungkinan menjadi mungkin. Kau hanya
perlu beradaptasi dengan lingkungan baru ini. Dulu, kami hidup dengan damai.
Namun kehadiran Ratu Eranthe, ketentraman tanah Annora ini berganti menjadi
lumbung kekhawatiran. Di siang hari, wujud kami seperti ini, sebagai manusia
pada umumnya. Namun saat petang tiba, ketika cahaya telah hilang, kami semua
berubah wujud menjadi seekor rusa. Bertahun-tahun kami hidup seperti ini.
Negeri dua dunia, begitulah orang-orang menyebutnya. Sebagai seorang pemimpin,
hal ini menjadi pukulan hebat untukku. Aku belum bisa menyelamatkan rakyatku.”
“Lalu?”
“Inilah dunia yang disembunyikan oleh kedua orang
tuamu. Mereka berjanji akan memperlihatkan dunia ini padamu setelah usiamu 17
tahun. Namun sayang, mereka telah tiada. Ayah dan Ibumu adalah orang yang
paling aku percayai. Merekalah panglima terkuat yang dimiliki negeri ini.”
Angelina mendesah, kemudian melanjutkan ceritanya. “Sebelumnya aku mewakili
seluruh rakyatku, untuk meminta maaf padamu. Ayah dan Ibumu tewas dalam
pertempuran melawan Ratu Eranthe penguasa belahan bumi Utara. Kami tak bisa
menyelamatkan Ayah dan Ibumu. Maafkan kami.”
Aku terhuyun-huyun mendengarnya.
Angelina menangkap dan menyandarkanku. “Itulah peperangan. Ada kekalahan dan
ada juga kemenangan.”
Yang kuketahui, Ayah dan Ibu meninggal akibat luka
tembak misterius yang diduga adalah berasal dari teror seseorang yang mengenal
Ayahku. Mereka iri dengan kesuksesan Ayah. Namun kebenaran telah terungkap. Aku
salah. Duka 4 tahun lalu, terasa kembali.
“Negeri Annora memiliki 8 benteng pertahanan di
segala penjuru arah mata angin. Masing-masing memiliki kekuatan yang
berbeda-beda. Dua benteng yang di duduki Ayah dan Ibumu telah direbut oleh Ratu
Eranthe. Aku dan rakyatku berharap banyak padamu. Bantu kami merebut kembali
benteng itu.”
“Kau
akan membuatku sebagai umpan seperti Ayah dan Ibuku?”
“Bukan. Sepertinya kau salah paham.”
“Lantas?”
…………………..
No comments:
Post a Comment