Gue pernah niat banget
buat nulis sebuah novel. Dan niat itu udah berjalan 65%. Itu artinya udah
setengah lebih dari project gue terlaksana. Tapi akhirnya semangat gue buat
nulis novel luntur. Cerita itu pun tak terlanjutkan dan gue terhenti.
Novel itu memang belum mengalami masa-masa pengeditan. Jadi masih sangat
berantakan. Novel yang diangkat dari kisah kehidupan pribadi penulis dengan
sedikit tambahan intonasi kini terabaikan.
Inilah salah satu judul
cerita dalam novel gue.
Nama
Dalam Gambar Cinta Itu?
“Waktunya
pemberesan!!” Ucap Sheila penuh semangat.
Diikat tinggi-tinggi rambut ekor kudanya, pasang masker,
dan tak pula irama lagu SheilaOn 7 di putar keras-keras dan mulailah ia dengan
setumpuk kerjaan didepan matanya. Ia kemasi barang-barang usang masa kecilnya
yang hanya diam tak berguna menjadi seonggok sampah didalam kamarnya.
Kotak pink harta karunnya pun tak luput dari razia
barang-barang incaran. Kotak dimana penuh dengan cerita juga kenangan istimewa
semasa kecil. Satu persatu ia tengok kembali untuk terakhir kali sebelum
benar-benar ia memusnahkannya. Sejenak ia terpaku akan secarik kertas bergambar
cinta bertuliskan nama seseorang. Sebuah nama yang tak pernah tersentuh namun
mampu memberi warna berbeda dalam ceritanya. Angannya melayang ke masa 7 tahun
lalu saat ia duduk dibangku kelas 2 SMP.
* * * * *
Raditya. Sapaan untuk laki-laki kakak senior
kelasnya itu. Layaknya gadis beranjak remaja yang sedang terkena virus cinta,
Sheila hanya bisa memendam rasa itu dalam-dalam. Ia takut kalau hal ini
tersebar, bisa-bisa ia kena labrak kakak-kakak kelas centil yang terobsesi
berat dengan cowok primadona di sekolahnya itu.
Selain fisikly oke, dia juga menyandang gelar ketua
osis. Dalam hal prestasi pun selalu masuk dalam 3 besar di sekolahnya. Banyak
piala sudah ia rebut terutama dalam bidang kejuaraan olah raga. Tak lain dan
tak bukan Ayahnya adalah seorang Kepala Sekolah di SMP tersebut. Seusai jam
pertama berakhir Sheila bersama temannya mengunjungi perpustakaan. Ia memang
selalu menyumbang absen setiap harinya dalam daftar nama perpustakaan.
“Oh my good!!!” Kaget Sheila.
Dilihatnya sang pujaan hati tengah asyik membaca
buku. Lama Sheila diam mematung hingga roh hutan itu beranjak dari duduk dan mengembalikan
buku yang dibacanya. Begitulah Sheila menyebutnya. Roh hutan.
Langkahnya mulai tertata untuk menuju rak buku
setelah roh hutan itu pergi.
“Oooww Eragon. Sepertinya selera kita sama.”
Nyengir.
* * * * *
“Loh bukunya kok nggak ada!! Aarghhh belum sempet
dipinjem juga.” Gerutu Radit.
“Mbak Rani, buku Eragonya keluarkah??”
“Ooh iya itu keluar kemarin. Laris mah buku itu
Dit, jarang nginep sini malah.”
“Siapa yang pinjem mba?? Minta datanya dong, takut
nanti keburu pindah tangan lagi. Belum selese ngebaca aku.”
“Sebentar.” Proses pencarian. “Oh ini, Sheila
Mahestika Siwi. Anak kelas 2D.”
“Shiip. Makasih mbak cantik.” Sedikit gombalan
sebagai bentuk ucapan terima kasih. Ckckckck dasar cowok!!
“Okey.”
Saking terhipnotis sama buku satu itu,
dibela-belain dah nyari walaupun harus ngobrak abrik nama satu sekolah itu.
“Dek misi. Yang namanya Sheila Mahestika Siwi mana
yah??”
“Lagi ke toilet deh kayanya tadi. Tunggu aja bentar
lagi juga balik.” Jawab temen satu kelasnya.
“Oke, thaks yah.”
Bahkan sampai rela buat nunggu. Intinya emang
nungguin Sheila, tapi bukan karna dia. Tapi buku itu. Wow gosip segera merambat
didalam kelas tersebut dan mungkin sebentar lagi bakal jadi tranding topic peringkat pertama nih.
“Hahh Kak Radit? Ngapain dia didepan kelas ku? Ahh
apa dia lagi pedekate sama temen sekelasku. Ah bodo ah bodo.” Dialihkan
pandangannya jauh-jauh.
“Dek, Sheila bukan?” Tebak Radit.
Bahagia karna Kak radit menyebut namanya bercampur
grogi kebingungan karna ini mustahil terjadi.
“Iy… iya Kak, aku Sheila. Ada masalah apa??”
“Tepat. Ehh buku Eragon masih ada di kamu??”
“Iyaaa. Kenapa Kak?”
“Kalo udah selese, hubungin aku yah?? Kemarin belum
sempet pinjem aku, ehh paginya udah ngilang. Kata Rani kamu yang pinjem. Nomor
mu berapa biar nanti gampang ngubunginnya?”
“Ohh my god.
Kak Radit minta nomor hp ku? Maak macem mimpi aje aku. Aaahh bego. Itu bukan
karna aku tapi ke buku itu. ” Lirihnya.
Semua mata di area tersebut memandang mereka.
Tambah dahsyat aja itu gosip. Dikiranya Kak Radit mau pedekate sama Sheila.
Soalnya pakai transaksi nomor-nomor segala. Berita itu pun terdengar sampai ke
telinga Indah. Cewek popular disekolahnya bersama gank macem girls band gitu.
Norak.
Dampratan itu pun mampir juga ke Sheila. Ngamuk
abis-abisan noh si centil Indah kek nenek-nenek rempong yang kena jambret. Udah
cerewet, bawel pula. Sampai juga berita pendampratan itu ke telinga Radit.
“Indah!! Kamu ni apa-apaan main ngelabrak labrak
anak orang. Kalau sampai kejadian macem ini ke ulang lagi, inget!! Kamu bakal
jadi orang yang paling aku benci !!”
* * * * *
Tak disangka juga tak mengira setelah lulus dari
SMP yang sama dengan Kak Radit, itu pun berlanjut hingga SMA. Sampai suatu
ketika perasaan Sheila kepada Kak Radit selama hampir 5 tahun terbalaskan. Kak
Radit menyatakan cinta padanya dan meminta Sheila untuk menjadi pacarnya.
Keajaiban Tuhan memang benar-benar ada.
* * * * *
Sebuah nama dalam tanda cinta tersebut adalah
sebuah permainan basi yang tak nalar oleh logika. Dimana kita dituntut
menuliskan sebuah nama orang yang kita cintai lalu menyimpannya dan tak diperbolehkan
seorang pun tau. Diwajibkan juga kita meneruskan copian tulisan ke empat
temannya jika permainan itu ingin berakhir bahagia. Berisi tidak lain tidak
lebih hanya aturan bagaimana permainan itu berlangsung. Dan dikatakan dalam 7
hari, cowok dalam gambar cinta itu akan menembaknya.
Ahhh that is
bulsyit. Tak ada penembakan dalam tujuh hari yang dijanjikannya itu. Namun
apa yang terjadi 5 tahun berikutnya?? Kebetulan belaka.
Sekian. Thankyu (^_^) ….
4 comments:
Percaya sama Alloh SWT
pasti bisa..
Oke.Amiiiin
Haha novelnya bagus banget. . Btw Kalau ku yg minta nope yg punya blog boleh gag?
Hahaha
Post a Comment