(29th) Maaf, Aku Pergi (Part 2)


Satu-satunya tempat yang bisa ia tuju adalah Benteng Vandenburg. Kemana lagi ia akan berlari kecuali ketempat itu. Malam memang telah larut.
“Aahh…” Desah nafas Sheila.
“Mungkin Indra benar, aku memang salah. Aku nggak boleh disamping Rezha lagi. Aku harus pergi. Walaupun aku tak menginginkan itu tapi ini jalan terbaik. Dan kamu Ndra, kenapa aku nggak bisa melihatnya sejak dulu?? Bodoh, kamu bodoh Ndra. Aku pernah berfikir, pasti bakal bahagia bisa disamping mu. Tapi aku pikir kita sahabat, jadi aku berusaha nglupain itu.”

Diingatnya semua kenangan bersama Indra. Saat ia sedih, senang dan apapun itu pasti dia selalu ada. Bahkan pengorbanan besar Indra, ketika harus jauh-jauh dari Yogyakarta ke Semarang buat jemput Sheila yang mengalami kecelakaan disana.

Diterobosnya hujan malam itu menuju rumah Indra. Berdiri ia didepan rumah memanggil namanya.
“Ndra, Indra…. aku didepan rumah mu. Bukain pintu.”
“Seperti suara Sheila diluar. Ahhh enggak, ini hanya imajiku. Hahhhh kamu hampir membuat ku gila La.”
“Indra… elu didalem kagak sih!! “

Didengarnya suara yang memanggilnya itu dengan seksama. Memastikan apakah sekedar khayalan atau nyata. Namun semakin lama suara itu semakin keras. Dibukakannya pintu terlihat Sheila berdiri mematung dibawah derasnya hujan.
“Aku mau kamu ngomong sesuatu untuk hal ini!! Apakah yang kamu bilang lewat telfon itu bener??”
Indra hanya diam menatap Sheila. Ia masih berfikir apa yang harus ia katakan. Berbohong atau berkata jujur. Namun ia selalu takut untuk mengungkapnya. Ia takut jika nanti ia belum bisa membahagiakannya. Lalu Sheila pergi meninggalkannya.
“Kok diem? Jadi itu cuma candaan mu aja?? Bagus, bagus banget!!” Bentaknya sambil pergi meninggalkan Indra.
Satu-satunya yang bisa ia lakukan sekarang yaitu mengejarnya. Ia tak mau Sheila akan pergi dan benci. Dipeluknya Sheila dibawah hujan. Lama mereka hanya terdiam juga menangis.
“Asal kamu tau La, sayang aku ke kamu nglebihin sayang ke diriku sendiri. Aku cuma merasa, aku belum cukup mampu buat ngebahagiain kamu. Itu alasan ku.”
“Lalu, pacar-pacarmu yang selalu kamu bilang tiap hari itu??”
“Itu bohong. Karna setelah bertemu kamu, aku belum bisa buka pintu buat orang lain.”
“Bodoh.”
“Kamu nggak perlu tanya aku lagi, cinta enggak, sayang enggak sama kamu. Atau mau bagaimana hubungan kita selanjutnya. Cukup kamu tau hari ini. Selama aku masih disamping kamu, itu artinya aku masih akan seperti ini. Aku nggak akan minta kamu buat jadi pacar aku, tapi suatu hari nanti kalau kita masih dipertemukan dan cinta kita masih terjaga, aku jemput kamu untuk jadi istri buat anak-anak ku nanti. Tetaplah disamping aku La.” Ungkap Indra.
“Lu nyontek dari mana Ndra??” Celetuk Sheila.
“Ahh elu udah so sweet gini malah kamu pecahin dah suasananya. Nggak asik!” Membalikkan badan masuk rumah.
“Kok aku nggak digandeng suruh masuk juga!!” Teriak Sheila.
“Kagak usah. Pulang aja sono!!”
"Yaaahh gitu. Anterin ya??"
"Kagak mau. Lu itu tamu tak diundang, jadi pulang aja sono sendiri."
"Tunggu Ndra."
"Ape lagi?"
"Gue tunggu jemputan dari lo di hari yang tepat itu." Dilemparnya senyum manis untuk Indra sebelum Sheila meninggalkan rumah Indra. 

2 comments:

Anonymous said...

kisah ini seirama juga dengan lagu" yang kamu suka dari Sheila On 7 um...

nice story

tulisanummu.blogspot.com said...

iyya ni. di balik pembuatan cerpen ini sngt terinspirasi dari lagu-lagu s07