(7th ) Cerita Sebait Judul Novel


Gue pernah niat banget buat nulis sebuah novel. Dan niat itu udah berjalan 65%. Itu artinya udah setengah lebih dari project gue terlaksana. Tapi akhirnya semangat gue buat nulis novel luntur. Cerita itu pun tak terlanjutkan dan gue terhenti. Novel itu memang belum mengalami masa-masa pengeditan. Jadi masih sangat berantakan. Novel yang diangkat dari kisah kehidupan pribadi penulis dengan sedikit tambahan intonasi kini terabaikan.

Inilah salah satu judul cerita dalam novel gue.


Nama Dalam Gambar Cinta Itu?

 “Waktunya pemberesan!!” Ucap Sheila penuh semangat.
Diikat tinggi-tinggi rambut ekor kudanya, pasang masker, dan tak pula irama lagu SheilaOn 7 di putar keras-keras dan mulailah ia dengan setumpuk kerjaan didepan matanya. Ia kemasi barang-barang usang masa kecilnya yang hanya diam tak berguna menjadi seonggok sampah didalam kamarnya.

Kotak pink harta karunnya pun tak luput dari razia barang-barang incaran. Kotak dimana penuh dengan cerita juga kenangan istimewa semasa kecil. Satu persatu ia tengok kembali untuk terakhir kali sebelum benar-benar ia memusnahkannya. Sejenak ia terpaku akan secarik kertas bergambar cinta bertuliskan nama seseorang. Sebuah nama yang tak pernah tersentuh namun mampu memberi warna berbeda dalam ceritanya. Angannya melayang ke masa 7 tahun lalu saat ia duduk dibangku kelas 2 SMP.
* * * * *
Raditya. Sapaan untuk laki-laki kakak senior kelasnya itu. Layaknya gadis beranjak remaja yang sedang terkena virus cinta, Sheila hanya bisa memendam rasa itu dalam-dalam. Ia takut kalau hal ini tersebar, bisa-bisa ia kena labrak kakak-kakak kelas centil yang terobsesi berat dengan cowok primadona di sekolahnya itu.

Selain fisikly oke, dia juga menyandang gelar ketua osis. Dalam hal prestasi pun selalu masuk dalam 3 besar di sekolahnya. Banyak piala sudah ia rebut terutama dalam bidang kejuaraan olah raga. Tak lain dan tak bukan Ayahnya adalah seorang Kepala Sekolah di SMP tersebut. Seusai jam pertama berakhir Sheila bersama temannya mengunjungi perpustakaan. Ia memang selalu menyumbang absen setiap harinya dalam daftar nama perpustakaan.

“Oh my good!!!” Kaget Sheila.
Dilihatnya sang pujaan hati tengah asyik membaca buku. Lama Sheila diam mematung hingga roh hutan itu beranjak dari duduk dan mengembalikan buku yang dibacanya. Begitulah Sheila menyebutnya. Roh hutan.

Langkahnya mulai tertata untuk menuju rak buku setelah roh hutan itu pergi.
“Oooww Eragon. Sepertinya selera kita sama.” Nyengir.
* * * * *
“Loh bukunya kok nggak ada!! Aarghhh belum sempet dipinjem juga.” Gerutu Radit.
“Mbak Rani, buku Eragonya keluarkah??”
“Ooh iya itu keluar kemarin. Laris mah buku itu Dit, jarang nginep sini malah.”
“Siapa yang pinjem mba?? Minta datanya dong, takut nanti keburu pindah tangan lagi. Belum selese ngebaca aku.”
“Sebentar.” Proses pencarian. “Oh ini, Sheila Mahestika Siwi. Anak kelas 2D.”
“Shiip. Makasih mbak cantik.” Sedikit gombalan sebagai bentuk ucapan terima kasih. Ckckckck dasar cowok!!
“Okey.”

Saking terhipnotis sama buku satu itu, dibela-belain dah nyari walaupun harus ngobrak abrik nama satu sekolah itu.

“Dek misi. Yang namanya Sheila Mahestika Siwi mana yah??”
“Lagi ke toilet deh kayanya tadi. Tunggu aja bentar lagi juga balik.” Jawab temen satu kelasnya.
“Oke, thaks yah.”
Bahkan sampai rela buat nunggu. Intinya emang nungguin Sheila, tapi bukan karna dia. Tapi buku itu. Wow gosip segera merambat didalam kelas tersebut dan mungkin sebentar lagi bakal jadi tranding topic peringkat pertama nih.
“Hahh Kak Radit? Ngapain dia didepan kelas ku? Ahh apa dia lagi pedekate sama temen sekelasku. Ah bodo ah bodo.” Dialihkan pandangannya jauh-jauh.
“Dek, Sheila bukan?” Tebak Radit.
Bahagia karna Kak radit menyebut namanya bercampur grogi kebingungan karna ini mustahil terjadi.
“Iy… iya Kak, aku Sheila. Ada masalah apa??”
“Tepat. Ehh buku Eragon masih ada di kamu??”
“Iyaaa. Kenapa Kak?”
“Kalo udah selese, hubungin aku yah?? Kemarin belum sempet pinjem aku, ehh paginya udah ngilang. Kata Rani kamu yang pinjem. Nomor mu berapa biar nanti gampang ngubunginnya?”
Ohh my god. Kak Radit minta nomor hp ku? Maak macem mimpi aje aku. Aaahh bego. Itu bukan karna aku tapi ke buku itu. ” Lirihnya.

Semua mata di area tersebut memandang mereka. Tambah dahsyat aja itu gosip. Dikiranya Kak Radit mau pedekate sama Sheila. Soalnya pakai transaksi nomor-nomor segala. Berita itu pun terdengar sampai ke telinga Indah. Cewek popular disekolahnya bersama gank macem girls band gitu. Norak.

Dampratan itu pun mampir juga ke Sheila. Ngamuk abis-abisan noh si centil Indah kek nenek-nenek rempong yang kena jambret. Udah cerewet, bawel pula. Sampai juga berita pendampratan itu ke telinga Radit.

“Indah!! Kamu ni apa-apaan main ngelabrak labrak anak orang. Kalau sampai kejadian macem ini ke ulang lagi, inget!! Kamu bakal jadi orang yang paling aku benci !!”
           * * * * *
Tak disangka juga tak mengira setelah lulus dari SMP yang sama dengan Kak Radit, itu pun berlanjut hingga SMA. Sampai suatu ketika perasaan Sheila kepada Kak Radit selama hampir 5 tahun terbalaskan. Kak Radit menyatakan cinta padanya dan meminta Sheila untuk menjadi pacarnya. Keajaiban Tuhan memang benar-benar ada.
           * * * * *
Sebuah nama dalam tanda cinta tersebut adalah sebuah permainan basi yang tak nalar oleh logika. Dimana kita dituntut menuliskan sebuah nama orang yang kita cintai lalu menyimpannya dan tak diperbolehkan seorang pun tau. Diwajibkan juga kita meneruskan copian tulisan ke empat temannya jika permainan itu ingin berakhir bahagia. Berisi tidak lain tidak lebih hanya aturan bagaimana permainan itu berlangsung. Dan dikatakan dalam 7 hari, cowok dalam gambar cinta itu akan menembaknya.

Ahhh that is bulsyit. Tak ada penembakan dalam tujuh hari yang dijanjikannya itu. Namun apa yang terjadi 5 tahun berikutnya?? Kebetulan belaka.


Sekian. Thankyu (^_^) ….

4 comments:

romanisti16 said...

Percaya sama Alloh SWT

Anonymous said...

pasti bisa..

tulisanummu.blogspot.com said...

Oke.Amiiiin

Unknown said...

Haha novelnya bagus banget. . Btw Kalau ku yg minta nope yg punya blog boleh gag?
Hahaha